Tak cuma kelelawar, burung pun turut menyerbuki durian

Tumbuhan tak pernah tidur, setidaknya pada beberapa jenis…. Tahukah bahwa selain kelelawar, burung, dan serangga ternyata turut menyerbuki durian? Proses penyerbukan dengan demikian terjadi baik pada siang hari dan malam hari. Jika burung spiderhunter dan lebah melakukannya di pagi hari, kelelawar bekerja di malam hari. Setidaknya itu yang diamati Yumoto (2000) di Sarawak.

Yumoto_durian
Gambar 1. Arachnothera robusta menghisap nektar pada bunga durian (diambil dari Yumoto 2000)

 

 

 

 

 

 

Ada 28 spesies durian di dunia, yang tersebar di Indochina,Semenanjung Malaysia, Sumatra, Borneo, dan Philippine. Bunga durian memerlihatkan karakter yang diminati kelelawar. Kelelawar yang aktif di malam hari, tentunya perlu cue atau tanda-tanda tertentu untuk menemukan bunga yang menyediakan nektar baginya. Putih, bau, serta lokasi bunga pada tanaman yang cukup terekspose akan memudahkan kelelawar dalam menemukan si bunga. Namun kenyataannya, karakter seperti ini ternyata juga tidak khas menarik para kelelawar. Dari 3 jenis durian yang diamati, Durio grandiflorus, D. oblongus, dan D. kutejensis, dua di awal berbunga putih, sementara D. kutejensis berbunga merah dengan wangi yang cukup keras dibanding dua jenis lainnya. Namun pengamatan Yumoto memerlihatkan bahwa D. grandiflorus dan D. oblongus didatangi spiderhunter (Arachnothera robusta, A. chrysogenys, dan A. flavigaster), lebah, dan kupu-kupu Troides amphyrsus sementara D. kutejensis didatangi oleh lebih banyak jenis burung seperti spiderhunter (Arachnothera robusta, A. chrysogenys, A. flavigaster, A. longirostra), sunbird (Anthreptes simplex), dan flowerpecker (Dicaeum trigonostigma), lebah (Apis dorsata), dan kelelawar. Eonycteris spelaea merupakan kelelawar yang dikenal sebagai pelaku polinasi dari durian. Menariknya, Yumoto selain melihat karakter bunga, juga mengukur volume nektar yang disediakan ketiga jenis Durian. D. kutejensis yang diserbuki beberapa satwa yang berbeda ini juga mengandung nectar terbanyak. Hal ini rupanya terkait evolusi si tumbuhan dalam mengatasi para polinator. Volume yang banyak tentu dapat menghidupi lebih banyak satwa.

Penelitian Bumrungsri dkk (2009) di Thailand lain lagi. Pada Durio zibethinus, jenis yang paling umum kita konsumsi, bunganya dikunjungi kelelawar dan lebah. Namun, si lebah ternyata cuma berkunjung tapi tidak pernah sukses membuat pohon durian menghasilkan buah. Sehingga pada D. zibethinus, para kelelawar masih tetap dianggap sebagai polinator efektif.

Salah seorang peneliti senior Indonesia pernah bercerita bahwa duren di Jawa Barat rasa-rasanya semakin sedikit produksinya. Di tengah lajunya pembangunan, bisa jadi jumlah pelaku polinasi berkurang. Di tepi kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan seperti sekitar desa Pemerihan-Sumberejo, selain kebun kopi dan coklat yang cukup dominan, masyarakat setempat menanam durian dan pisang. Setidaknya 7 jenis burung Nectarinidae beredar di tepi hutan dan kebun masyarakat. Belum lagi kehadiran kelelawarnya seperti Eonycteris spelaea. Bagaimana keragaman dan kelimpahan para polinator dapat bertahan? Tentu saja perlu didukung oleh tersedianya tempat untuk rumah mereka. Eonycteris spelaea tinggal di gua-gua di dalam hutan-hutan Bukit Barisan Selatan yang cukup jauh dari kebun. Jadi pikir sendiri lah…. 🙂

Sumber:

  1. Bumrungsri, S., E. Sripaoraya, T. Chongsiri, K. Sridith, and P. A. Racey. 2009. The pollination ecology of durian (Durio zibethinus, Bombacaceae) in southern Thailand. Journal of Tropical Ecology 25:85-92. (http://dx.doi.org/10.1017/S0266467408005531)
  2. Yumoto, T. 2000. Bird-pollination of three Durio species (Bombacaceae) in a tropical rainforest in Sarawak, Malaysia. Am. J. Bot. 87:1181-1188. (http://www.amjbot.org/content/87/8/1181.short)

Leave a comment